A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam pembelajaran IPA mencakup
semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup
IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta
proses materi dan sifatnya.
Srini M. Iskandar (2001: 2), kata IPA merupakan singkatan kata
“Ilmu Pengetahuan Alam”. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari
kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural artinya alamiah,
berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.”
Leo Sutrisno, Hery Setyadi &
Kartono (2007: 1-19),
menyatakan ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang
benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga
dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).
Pendidikan
IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama
yang ada di SD memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah
serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai
sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan
demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap
bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut.
Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus
digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai
pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori
tersebut bukan untuk dihafal namun di terapkan sebagai tujuan proses
pembelajaran.Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini
belum dapat menerapkannya.
Perlu
adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu
bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga
menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka
kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai
dari tujuan pendidikan.
Dari
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari
hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah
yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi
yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
B. Pembelajaran
Tipe Jigsaw
Dalam era global, teknologi telah
menyentuh segala aspek pendidikan sehingga, informasi lebih mudah diperloleh,
hendaknya siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual
dan emosional siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan
mental walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan
langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber informasi
yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu
siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas
yang tidak aktif sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka
perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi
yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang
ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.
Jigsaw
pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001).|Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan
oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam
teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para
anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah
tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung
jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari medel
pembelajaran jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan
belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
C. Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut
:
- Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
- Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
- Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
Perlu
diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai
D . Karakteristik
Pelaksanaan Teknik Jigsaw
a. Tinjauan Kurikulum
a. Tinjauan Kurikulum
Tujuan Teknik jigsaw
|
Relevansi pada kurikulum
|
|
A
|
Memperkaya variasi teknik
pembelajaran
|
Pemilihan pendekatan/ metode,
Media dan simber belajar hendaknya
disesuaikandengan karakteristikmateri
|
B
|
Memupuk rasa ketergantungan positif dalam kelompok
|
Strategi yang melibatkan siswa aktif belajar baik
secara mental, fisik ataupun sosial.
|
C
|
Memberi kesempatan berlatih memahami konsep dengan
teman-temannya
|
|
D
|
Berlatih menyampaikan informasi kepada temannya
|
Sikap kritis, terbuka dan konsisen
|
b. Tinjauan
Praktik
Secara pratek keberhasilan dan
kegagalan belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Ditijau dari
komponen-komponen penilaian, hampir seluruhnya diambil dari faktor kognitif
siswa. Sebaiknya penerapan jigsaw bertujuan tidak hanya melatih kognitif saja,
tetapi juga afektif dan psikomotor.
Menurut
Ibrahim (2000) bahwa manfaat pembelajar kooperatif termasuk teknik jigsaw:(1)
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,(2) menghargai diri menjadi lebih
tinggi,(3) memperbaiki sikap terhadap metematika.(4) memperbaiki
kehadiran,(5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,(6)
prilaku mengganggu lebih kecil,(7) konflik antar pribadi berkurang dan (8)
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Untuk
mengukur kemajuan belajar siswa tersebut, tampaknya pedoman penilaian untuk
raport belum dapat mencakup
semua aspek secara keseluruhan
satu-satunya peluang untuk memasukkan nilai kemajuan belajar siswa dari hasil
pengamatan teknik jigsaw adalah nilai tugas. Bila
diperhatikan rumus-rumus tadi, peranan nilai tugas sangat kecil,sehingga
kemajuan-kemajuan belajar yang bukan bersifat kognitif
cenderung diabaikan pada penilaian raport.
c. Tinjauan Pengalaman
Pelaksanaan
teknik jigsaw pada tahap ini sangat sukar. Tidak semua pokok bahasan dapat
dengan mudah disajikan dengan menggunakan teknik ini, sebab,pokok bahasa
tersebut dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang setara, padahal materi,
Matematika kebanyakan bersifat hirarki. Beberapa prilaku siswa yang menjadi
pada saat proses pembelajaran antara lain: (a) motivasi
belajar lebih tinggi, (b) kepedulian terhadap teman
meningkat, (c) memperbaiki kehadiran, (d) berusaha
sampai dapat memahami tugasnya,dan (e) sedikit demi
sedikit mau membuka diri. Setelah akhir pembelajaran dilakukan ulangan,harian
yang ternyata hasilnya menunjukkan nampak pada peningkatan yang signifikan jika
dibanding dengan pembelajaran klasikal.
3. Tahap Pemantapan / Drill
Pada tahap ini, pelaksanaan jigsaw lebih
sering dilakukan karena guru lebih mudah merencanakan problem-problem (kuis).
Siswa memiliki informasi selain itu, motifasi siswa cukup tinggi karena mereka
akan manghadapi ulangan harian. Pelasanaan teknik jigsaw pada tahap ini siswa
lebih aktif, hal ini dapat dilihat dari meningkatkan frekuensi siswa yang
berinteraksi dengan sesama keterbukaan
siswa juga semakin meningkat, misalnya ada siswa yang mengetahui bahwa dirinya
salah. Meningkatnya kepercayaan diri siswa juga
ada. Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang berani menyalahkan hasil kerja
siswa lain. Suasana kerjasama betul-betul tampak saling membantu dan hasil
ulangan harian terbukti ada peningkatan Sifat dan perubahan wujud benda.
E. Kekurangan
dan Keunggulan tife Jigsaw
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan
mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat
menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Kurangnya pemahaman guru mengenai
penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
2.
Jumlah siswa yang terlalu banyak yang
mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil
sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain
hanya sebagai penonton.
3.
Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait
tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.
Kurangnya buku sumber sebagai media
pembelajaran.
5.
Terbatasnya pengetahuan siswa akan
sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Keunggulan
kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Meningkatkan bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok
asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Guru harus terampil
dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi
setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Para
anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari
topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para
anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal
dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada
saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan
yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan
tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini
adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan
kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi
dan memecahkan masalah yang diberikan.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya.
B.
Saran
1.
Dalam
pembelajaran tiknik Jigsaw, guru harus mampu menyusun pembagian kelompok agar
dalam satu kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan/kepandaian yang
bervariatif sehingga tidak terjadi ada kelompok yang anggotanya pandai-pandai,
sementara pada kelompok lainnya terdiri dari siswa yang kurang pandai.
2.
Guru
juga harus bisa bertindak menjadi moderator, menjadi penengah serta menjadi
pengambil kesimpulan dari semua pendapat/hasil yang disampaikan semua
kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar