KONSEP
RUANG DAN PEMANFAATANNYA
1. Ruang menurut geografi
Ruang dalam pandangan
geografi dapat dinamai berdasarkan topik, aktivitas manusia dan regional. Atas
dasar itu, kelak dalam ilmu geografi akan menggunakan pendekatan keruangan
dalam berbagai studinya.
Dari penyebaran pendduk kita
dapat juga mengungkapkan interelasinya dengan keadaan kesuburan tanah , dengan
keadaan hidrografi, dengan keadaan komunikasi-transportasi, keadaaan tinggi
rendahnya permukaan, dan faktor-faktor geografi lainnya. Dengan demikian, kita
akan dapat pula membuat suatu deskripsi tentang aktifitas penduduk tadi
berdasarkan penyebarannya dalam ruang, dan berdasarkan interelasi keruangannya
dengan gejala-gejala lain serta dengan msalah sebagai sistem keruangan.
Berdasarkan pengertian
region, pendekatan regional berarti pendekatan suatu gejala atau suatu masalah
dan region atau wilayah tempat masalah atau gejala tadi tersebar.
Berdasarkan penyebarannya
nanti, kita akan dapat pula mengungkapkan apa sebabnya kelaparan itu terjadi di
region yang bersangkutan. Dengan demikian, selanjutnya kkita akan dapat
menungkapkan intelerasi dan interaksi gejala kelaparan itu dengan gejala-gejala
yang lain pada ruang atau region yang sama.
2. Ruang menurut ekologi
Ekologi khususnya ekologi
manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan lingkungannya yang
membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku
pada bidang ilmu ekologi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan geografi dalam
memandang aspek ruang. Menurut ekologi, ruang dipelajari, ditelaah dan
dianalisis sebagai sesuatu gejala atau sesuatu masalah dengan menerapkan konsep
dan prinsip ekologi.
Ruang menurut ekologi sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan
dan penyesuaian antara penyebaran dan naktifitas manusia dengan lingkungannya
pada area atau daerah tertentu. Interelasi manusia dengan alam lingkungan
sekitarnya didekati atau dikaji berdasarkan konsep dan prinsip ekologi.
Sebagai sebuah ekosistem,
suatu ruang dipandang atau diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai
makhluk hidup dengan lingkungan alamnya. Pada pendekatan ekologi suatu daerah
pemukiman, daerah tersebut ditinjau segai suatu bentuk ekosistem hasil
interaksi peyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Demikian
juga jika kita mengkaji daerah daerah pertanian, perindustrian, perkotaan, dan
lain-lain.
3. Ruang menurut ilmu wilayah
Berdasarkan konsep
perwilayahan, ruang pemukiman bumi di batasi oleh pleh keadaan fisik, sosial,
dan batas administrasi pemerintah. Jika satu kesatuan alam permukaan bumi
menunjukan ciri-ciri yang relatif sama maka dinamakan ruang geografi (space).
Ciri-ciri yang relatif sama tersebut misalnya seragam dalam hal keadaan fisik
permukaannya, kebudayaan masyarakatnya mempunyai ciri yang khas, dan ruang
tersebut menunjukan suatu sistem kehidupan dalam keterikatan yang kentara.
Ruang geografi yang mempunyai ciri khas tertentu disedbut wilayah (region).
Dalam geografi, kesatuan
wilayah dapt ditentukan berdasarkan pada sejumlah region. Contoh region yang
dicitikan unsur fisik antara lain wilayah geologi, wilayah tubuh atau jenis
tanah, wilayah vegetasi, dan lain-lain. Sedangkan wilayah yang namanya
didasarkan pada sosial budaya manusia, misalnya wilayah ekonomi, wilayah
sejarah, wilayah perkotaan, wilayah perdesaan, dan lain-lain.
Suatu wilayah dapat
ditentukan dalam ukuran yang luas tetapi dapat pula dalam ukuran yang lebbih
sempit tergantung dari kerincian dalam mengidentifikasi kesanaan atau
keseragamannya. Contoh wilayah yang luas misalnya wilayah Asia tenggara dan
Eropa barat. Wilayah tersebut memiliki karakteristik yang khas. Relatif
memiliki keseragaman budaya, keseragaman tingkat peradaban, dan lain-lain.
Dalam skala yang lebih kecil,
ukuran wilayah dapat pula ditentukan. Di
pulai Jawa memiliki wilayah-wilayah yang dapat dibedakan baik secara fisik
maupun sosial budaya masyarakat. Secara fisik misalnya ada wilayah geologi
banten, wilayah geologi zone Bandung, dan lain-lain. Secara sosial budaya kita
juga mengenal wilaya Pantura (pantai utara Jawa) , wilayah kebudayaan Pesundan,
dan lain-lain. Pewilayahan macam itu disebut pewilayahan secara formal karena
mengidentifikasikan wilayah dengan menunjukan obyek-obyek yang ada pada wilayah
tersebut.
Tidak semua wilayah dapat
digambar pada peta tematik dengan tegas, karena mengalami kesulitan dalam
menarik garis yang sebenarnya. Contohnya wilayah Pantura merupakn wilayah yang
relatif sulit ditentukan karena batas wilayah Pantai Utara Jawa tidak
seluruhnya memiliki ciri yang seragam atau homogen.
Selain wilayah formal, ada
pula yang disebut wilayah fungsional atau wilayah nodus yaitu suatu bagian dari
pemukiman bumi, dimana beberapa keadaan alam yang berlawanan memungkinkan
timbulnya bermacam-macam kegiatan.
Contoh wilayah misalnya di
suatu wilayah lereng pada sebuah gunung mulai dari lereng atas sampai dengan
lereng kaki, disambung dengan daerah daratan rendah hingga akhirnya ketepi
sebuah pantai. Penduduk di lereng atas hudup dari kehutanan, penduduk di lereng
di bawahnya hidup dari perkebunan, penduduk di lereng bawah hidup dari
pertanian, penduduk yang berada di daratan mungkin perkotaan dan hidup dari
usaha pelayanan jasa, sedangkan penduduk yang berada di tepi laut hidup sebagai
nelayan.
Dalam wilayah fungsional,
semua komponen dapat diperhitungkan peranan dan hubungan kegiatan antara
komponen tersebut. Wilayah formal sebagaimana telah dijelaskan dapat disebut
“wilayah fungsional” asalkan komponen yang berada dalam wilayah tersebut
diperhitungkan keterkaitan dan perannya masing-masing. Karena itu dalam wilayah
fungsional, hal yang khas dari ciri wilayah bukan didasarkan atas keseragaman
atau kesamaannya tetapi dalam wilayah fungsional, beberapa kegiatan yang
berbeda menjadi komponen-komponen yang menciptakan suatu sistem kehidupan
wilayah fungsional.
4. Ruang menurut ilmu
perencanaan wilayah
Kota adalah suatu ruang atau wilayah
dipermukaan bumi yang sebagian besar arealnya terdiri atau wujud hasil budaya
manusia serta pusat pemusatan penduduk yang tinggi dengan sumber mata
pencaharian diluar sektor pertanian.
Ilmu planologi berkepentingan
dalam memahami ruang sebagai sesuatu hal yang berisi sarana dan prasarana untuk
mendukung kehidupan manusia. Kota sebuah bentang ruang budaya adalah
ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah dan non alamiah dengan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Pendapat ahli seperti
Dickinon menyebutkan bahwa kota adalah suatu pemukiman yang bangunan rumahnya
rapat dan penduduknya bernafkah bukan pertanian. Ray Northam menyebutkan bahwa
kota adalah suatu lokasi dimana kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan
dengan populasi, sebagian besar penduduk tidak tergantuk pada sektor pertanian
atau aktivitas ekonomi primer lainnya, dan pusat kebudayaan administratif dan
ekonomi bagi wilayah disekitarnya.
Adanya berbagai fasilitas dan
beragamnya aktivitas masyarakat kota membentuk struktur kota yang berbeda
dengan struktur di desa. Johara (1986) menyebutkab segala yang dibangun di
daerah kota, baik oleh alam seperti bukit, gunung dan sebagainya, maupun oleh
manusia seperti gedung dan pabri, biasanya tersembul dari permukaan bumi
dianggap sebagai suatu struktur ruang kota.
Struktur ruang wilayah
perkotaan, baik di negara kita mauoun di negara-negara lain ternyata
memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu. Contohnya di pulau Jawa, hampir semua
kota di pusatnya selalu ada Alun-alun.
Kota yang terletak di
permukaan bumi yang mempunyai berbagai rintangan alam seperti pegunungan,
perbukitan, lembah, sungai dan lain-lain, dalam perkembangannya akan selalu
menyesuaikan diri dengan keberadaan fisik wilayahnya sehingga kota berbentuk
tidak teratur dan menimbulkan kesan sebagai kota yang tidak terencana
Akhirnya dari masing-masing pengertian tentang ruang ternyata memiliki fungsi yang
berbeda-beda walaupun pada akhirnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
diklasifikasikan sesuai fungsinya sehingga dapat dilakikan pengaturan ruang
agar lebih nyaman, berguna dan dapat berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar