Pengajaran
Bahasa Indonesia (MK, 1991) adalah proses mengajar atau mengajarkan Bahasa Indonesia.
Tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik
secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia diajarkan kepada siswa dengan
kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Dalam mempelajari Bahasa
Indonesia, siswa sudah memiliki bahasa pertama yaitu bahasa daerah. Oleh karena
itu, pengajaran Bahasa Indonesia ini merupakan pengajaran bahasa kedua setelah
bahasa daerah.
Menurut
Bachman memandang bahwa pengajaran
bahasa kedua (Rosmana, 2008) adalah pemberdayaan sejumlah kompetensi siswa
untuk berkomunikasi dengan bahasa tertentu. Ada 5 kompetensi yang harus
diberdayakan dalam diri siswa ;
1. Kompetensi kebiasaan
2. Kompetensi kognitif (skemata)
3. Kompetensi strategi produktif
4. Kompetensi mekanisme psikofisi.
5. Kompetensi kontekstual
Pengajaran
Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah mengjarkan bahasa
Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Untuk
itu, fungsi pengajaran Bahasa Indonesia, selain untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi siswa, ada fungsi lainnya yaitu :
1. Sarana
pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya.
3. Sarana peningkatan pengetahuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Sarana
penyebarluasan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
konteks untuk berbagai keperluan dan berbagai masalah.
5. Sarana
pengembangan kemampuan intelektual / penalaran (Depdiknas, 1994).
Oleh
karena itu, pengajaran Bahasa Indonesia dapat dipandang sebagai upaya
mengindonesiakan anak-anak Indonesia melalui Bahasa Indonesia.
B.
Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD
Bahasa
sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan apa
yang ingin disampaikan oleh penutur. Dalam pelaksanaannya, bermacam-macam
fungsi tersebut dapat dipadukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran (bermain
peran, percakapan mengenai topic tertentu, menulis karangan, dsb).
Landasan
formal pengajaran Bahasa Indonesia adalah Kurikulum Bahasa Indonesia yang
ditetapkan oleh pemerintah. Dikemukakan dalam Kurikulum (GBPP) Bahasa Indonesia
SD bahwa pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya belajar berkomunikasi dan
peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia lisan maupun tulisan.
Berdasarkan
penjelasan dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia SD, bahwa bahan
pembelajaran kebahasaan mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata, struktur,
paragraph, dan wacana. Lafal yang baik dan wajar perlu diperkenalkan sejak
dini, termasuk cara pengucapan yang jelas dan intonasi yang wajar sesuai dengan
situasi kebahasaan. Ejaan dan tanda baca diajarkan tahap demi tahap untuk
membiasakan siswa menggunakannya baik untuk kegiatan membaca meupun menulis
dengan tingkat ketelitian dan pemahaman yang tinggi. Ketelitian di dalam ejaan
dan tanda baca diperlukan di dunia modern. Misalnya untuk memahami atau
menyusun dokumen penting dan penggunaan komputer. Sarana penahapan dan
penyebaran pembelajaran mengenai lafal, intonasi, ejaan, dab tanda baca, untuk
siswa yang berkemampuan lebih tinggi, butir-butir pada tahapan kemudian dapat
diperkenalkan lebih awal. Pembelajaran kosakata, struktur, paragraf, dan wacana
bukan berupa penyajian kaidah atau peristilahan, melainkan berupa kegiatan
memahami dan menggunakan kosakata dan struktur. Jadi, penekanan pembelajaran
kosakata, struktur, paragraf, dan wacana bukan pada pembahasan bagian-bagian
kalimat, paragraf, atau wacana, melainkan pada pengembangan gagasan melalui
hubungan antar kalimat, antar kalimat dalam paragraf, dan antar paragraf
menjadi wacana yang utuh.
Keterampilan
yang ditekankan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sini adalah keterampilan
membaca dan menulis. Ketika para siswa membaca sebuah wacana secara
bersama-sama, pada umumnya mereka telah dapat membaca dengan baik denga suara
yang nyaring. Hanya saja lafal dan intonasinya masih harus diperbaiki. Salah
satu contoh mereka belum dapat mebedakan bagaimana pelafalan dan intonasi
ketika membacakan kalimat langsung dan tidak langsung. Selain itu juga
keberanian siswa serta keaktifannya dapat dilihat ketika perwakilan siswa
menurut barisan tempat duduk mereka, disuruh untuk maju ke depan kelas untuk
membacakan wacana yang telah ditulis di papan tulis.
Bagi siswa yang aktif dan memiliki keberanian,
mereka langsung mau maju ke depan untuk membaca tanpa harus dituntuk oleh guru.
Suara siswa tersebut ketika membaca juga terdengar lantang dank keras. Tapi
sebaliknya, bagi siswa yang pasif dan kurang memiliki keberanian serta percaya
diri, mereka harus ditunjuk terlebih dahulu agar mau membaca di depan kelas.
Bahkan siswa seperti ini terkadang harus dirayu dulu agar mau membaca di depan
kelas. Siswa yang pasif cenderung lebih pelan suaranya ketika membaca. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri yang mereka miliki.
Di
sinilah peran guru untuk memotivasi siswa agar dapat berperilaku aktif dalam
kegiatan belajar. Buat siswa senyaman mungkin ketika guru memberikan materi
pelajaran. Jangan sekali-kali mengtakan SALAH jika siswa melakukan suatu
kesalahan. Guru dapat mengatakan “jawabannya kurang tepat” atau kata-kata yang
lainnya agar tidak melemahkan kainginan dan semangat siswa untuk menjawa suatu
pertanyaan yang diajukan guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan
mereka sampai mereka dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
Dalam
hal keterampilan menulis,masih perlu diperbaiki lagi dalam hal penggunaan tanda
baca dan penulisan hurup kapital. Kebanyakan dari mereka belum dapat
membiasakan menulis kalimat langsung dengan menggunakan tanda petik (“).
Sehingga mereka tidak dapat membedakan kalimat langsung dan tidak langsung.
Kalimat yang seharusnya menggunakan tanda baca koma, tanda seru, dan tanda
tanya belum dapat mereka biasakan untuk menuliskannya. Kebanyakan dari mereka
tidak memperhatikan hal tersebut. Padahal hal itu dapat berpengaruh ketika
membacanya.
Penulisan
huruf kapital juga masih banyak yang tidak diperhatikan. Misalnya ketika terdapat
nama hari di tengah-tengah kalimat. Kebanyakan dari mereka menuliskannya dengan
huruf kecil. Begitu juga penulisan nama orang.Oleh sebab itu, guru harus sering
memperingatkan siswa tentang kesalahan penulisan tersebut. Sehingga siswa dapat
memperbaiki dan membiasakannya sampai seterusnya.
C. Teknik
pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah
Istilah
teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi
perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas
tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai
macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi,
individual, dan situasional.
Saksomo
(1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1)
ceramah, (2) tanya—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5)
demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar
di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan,
dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11)
karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta—merta.
Setelah
memahami metode pembelajaran bahasa guru juga harus mengetahui teknik-teknik
atau strategi pengajaran yang lazim digunakan. Teknik bersifat prosedural.
Teknik yang baik dijabarkan metode dan serasi dengan pendekatan. Berikut
sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa
Indonesia.
1. Teknik
Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk
cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
2. Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn
menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid,
murid juga dapat bertanya pada guru.
3. Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan
guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua
kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami
pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas
individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi
atau lagu.
5. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran
seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba
menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru,
sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa
dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6. Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa
kepada obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum,
kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
7. Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk
menjadikan suatau masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk
bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu
pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan seni.
Kelebihan teknik ini antara lain:
1.
Strategi ini bermanfaaat untuk
mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tenang sesuatu masalah sehingga
dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2.
Strategi ini bermanfaat karena dapat
mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang
materi baru.
3.
Strategi ini dapat mengmbangkan berpikir
kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
4.
Strategi ini dilaksanakan dalam suasana
kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5.
Strategi ini membantu siswa menemukan cara
berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.
terima kasih. sangat bermanfaat.
BalasHapus(Sigit Priyanto, SMAN 1 Kertosono, Nganjuk, Jatim)
082245345152