Pemuda
merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karna pemuda sebagai
harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai
masa depan.
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu
melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri,bagaimana bertindak dan
berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat.Ada beberapa hal yang perlu kiya ketahui dalam
sosialisasi,antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan
Sosialisasi.
Macam – macam pemuda di lihat dari
perannya dalam masyarakat:
1. Jenis pemuda urakan
Yaitu pemuda yang tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan–perubahan dalam masyarakat. Tidak ingin untuk mengadakan perubahan dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan bagi dirinya sendiri, kebebasan untuk menentukan kehendak diri sendiri.
1. Jenis pemuda urakan
Yaitu pemuda yang tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan–perubahan dalam masyarakat. Tidak ingin untuk mengadakan perubahan dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan bagi dirinya sendiri, kebebasan untuk menentukan kehendak diri sendiri.
2. Jenis pemuda nakal
Pemuda-pemuda ini tidak ingin, tidak berminat dan tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan dalam masyarakat ataupun kebudayaan, melainkan berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan menggunakan tindakan yang mereka anggap menguntungkan dirinya tetapi merugikan masyarakat.
3. Jenis Pemuda Radikal
Pemuda-pemuda radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak puas, tidak bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan maupun tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.
4. Jenis Pemuda Sholeh
Pemuda yang dalam setiap tingkah lakunya sehari – hari selalu berpegang teguh terhadap agamanya. Melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Pemuda-pemuda ini tidak ingin, tidak berminat dan tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan dalam masyarakat ataupun kebudayaan, melainkan berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan menggunakan tindakan yang mereka anggap menguntungkan dirinya tetapi merugikan masyarakat.
3. Jenis Pemuda Radikal
Pemuda-pemuda radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak puas, tidak bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan maupun tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.
4. Jenis Pemuda Sholeh
Pemuda yang dalam setiap tingkah lakunya sehari – hari selalu berpegang teguh terhadap agamanya. Melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
B. Peran Pemuda dalam
Masyarakat
Orang boleh beda
dalam menatap, menilai, dan menakar kondisi pemuda . Akan tetapi, satu hal yang
pasti, goresan sejarah negeri ini secara jujur mencatatnya. Terlalu banyak
cerita heroik yang dapat dikliping dari perjalanan kepemudaan. Sejarah
hakikatnya adalah cermin dan pelajaran tentang hidup manusia, refleksi
perjuangan, dan dinamika masyarakat.
Oleh karena
itu,belajar sejarah kepemudaan tidak cukup dengan menghapalkan cerita tentang Budi
Utomo, Sumpah Pemuda, desakan Sukarni kepada Soekarno untuk segera melantunkan
kalimat proklamasi, maupun cerita sukses anak-anak muda untuk menumbangkan orde
lama.
Kita boleh
bangga dengan apa yang disumbangkan oleh kaum muda pada masanya masing-masing.
Mereka adalah pahlawan. Itu harus diakui. “bangsa yang besar adalah yang
menghormati pahlawannya’’.
Ada beberapa
peran yang bisa dilakukan oleh kaum muda di Indonesia dengan melihat sejarah
pergerakan mereka, yakni berperan memberi semangat kepeloporan. Semangat ini
adalah “virus psikologis” sebagai anergi dan daya dorong bagi pembaruan. Virus ini lahir dari kesadaran sosial dan
kemanusiaan.
Semangat sejarah
kepeloporan kaum muda pada hakikatnya adalah etik untuk menegakkan kebenaran
dan fitrah kemanusiaan. Pada tataran yang lebih praktis, etika perjuangan itu
akan menjadi lokomotif kaum muda untuk memperjuangakan dan membangun tatanan
politik yang terbuka.
Peran pemuda
dalam kehidupan begitu amat penting. Yang utama perlu dilakukan pemuda adalah
berperan menjadi pelopor agar bisa melahirkan kesadaran sosialisasi baru dalam
menyelisaikan problem-problem kemanusian dan keummatan.
C. Peran Pemuda dalam
Pergerakan Nasionalisme
Peran
nyata pemuda dan mehasiswa dalam 5 gelombang nasionalisme di Indonesia, yang
berulang hampir 20 tahun sekali dapat kita lihat dari perjalanan sejarah
nasional, sejak kebangkitan nasional 1908, Sumpah pemuda 1928, kemerdekaan
1945, bangkitannya orde baru 1966, dan bangkitnya orde reformasi 1998.
Angkatan
1908 lebih banyak melakukan perintisan rasa dan semangat nasionalisme yang
kemudian semakin dimatangkan pada momentum Sumpah Pemuda tahun 1928, sementara
angkatan 1945 lebih berorientasi pada semangat dan api revolusi. Angkatan 1966
terlibat pada pergulatan politik menentang PKI, sedangkan angkatan 70-an lebih
banyak terlibat tentang wacana keadilan ekonomi dan politik.
Mencermati
catatan historis tersebut, tampak bahwa sejarah kepemudaan itu dibangun diatas
idealisme dan komitmen sosial kaum muda. Peran kaum muda sebetulnya merupakan
terjemahan dari dinamika antara idealisme dan realitas sosial yang dihadapi.
Generasi
muda adalah penentu perjalanan bangsa dimasa berikutnya. Mahasiswa sebagai inti
dari generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat
mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya, dan ‘kebersihan-nya’ dari noda orde masanya. Mahasiswa adalah motor
penggerak utama perubahan. Mahasiswa di
akui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakat.
Widodo
Dwi Putro, peneliti LP3ES Jakarta, mengupas tentang nasionalisme di rublik
opini kompas Rabu 11 Juni 2003 dengan baik, melalui tulisanyan yang berjudul “Nasionalisme gelombang Keempat.” Ia
mendifinisikan nasionalisme sebagai sikap dan tingkah laku individu atau
masyarakat yang merujuk pada loyalitas dan pengabdian terhadap bangsa dan negarannya.
Namun,
secara empiris, nasionalisme tidak sesederhana definisi itu, lanjut widodo.
Nasionalisme tidak seperti bangunan statis, tetapi selalu dialektis dan
interpretatif sebab nasionalisme bukan pembawaan manusia sejak lahir, melainkan
sebagai hasil peradaban manusia dalam menjawab tantangan hidupnya. Terbukti
dalam sejarah Indonesia, kebangkitan rasa nasionalisme di daur ulang kembali
oleh para mahasiswa dan pemuda karena mereka merasa ada yang menyimpang dari
perjalanan nasionalisme bangsanya.
D. Masalah-Masalah
Generasi Muda
Sebagai sosok manusia yang penuh idealisme dan
rasionalis, pemuda acapkali di hadapkan pada berbagai masalah yang di hadapi
dan menginginkan penyelesaian masalah dengan serba cepat dan segera.
Pandangan-pandangan yang dimiliki kaum muda tidak jarang dengan kaum tua.
Bahkan, pada bagian-bagian tertentu, keduanya sering terlibat konflik.
Perbedaan dan pertentangan antara kaum muda dan orang
tua secara universal disebabkan oleh adanya perubahan sosial yang cepat.
Melalui perubahan itu, terciptalah konflik antara keduanya karena adanya
alasan-alasan perbedaan yang sifatnya intrinsik dan perbedaan yang sifatnya ekstrinsik.
Di sisi lain, masalah yang dihadapi pemuda berada di luar dirinya. Munculnya
berbagai permasalah sosial yang melibatkan atau dilakukan pemuda. Apabila
permasalah ini tidak memperoleh perhatian atau penanganan yang bijaksana, akan
terjadi dampak yang luas dan menggangu kesinambungan, kestabilan dalam
pembangunan nasional, bahkan mungkin akan mengancam integrasi bangsa.
Permasalahan lainnya adalah ketahanan budaya dan
kepribadian nasional dikalangan pemuda yang semakin luntur, yang disebabkan
cepatnya perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi. Hal ini merupakan
dampak dari derasnya arus informasi global yang berdampak pada penetrasi budaya
asing sehingga memengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku pemuda Indonesia.
Persoalan tersebut dapat di lihat dari kurang berkembangnya kemandirian,
kreativitas, serta produktivitas dikalangan pemuda sehingga kurang dapat
berpartisipasi dalam proses pembangunan karakter bangsa.
E. Media dan Tujuan
Sosial
Proses sosialisasi akan dilalui oleh manusia sepanjang
hidupnya, tak terkecuali para pemuda akan terus-menerus menghadapi proses
sosialisasi ini. Sosialisasi dapat dilakukan melalui beberapa sarana (media). Media
yang biasa dipakai untuk sosialisasi adalah:
A. Keluarga, Orang
pertama yang mengejarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan
hidup manusia.
B. Teman sepermainan dan sekolah, Disni anak mulai mengenal harga diri, citra diri, dan
hasrat pribadi. Kaidah-kaidah kehidupan yang dilalui oleh anak melalui
interaksi.
C. Lingkungan kerja, merupakan
proses sosialisasi lanjutan. Ditempat kerja, seseorang mulai berorganisasi secara
nyata dalam suatu sistem.
D. Media massa, dikatakan
sebagai sarana dalam proses sosialisasi karena
banyak memberikan informasi yang dapat menambah wawasan tentang
permasalahan yanga ada disekitarnya.
F. Tahap-tahap Sosialisasi
Menurut tahapanya, sosialisasi dapat dilakukan dengan
dua tahap, yaitu:
1.
Sosialisasi
Primer, yaitu
sosialisasi yang pertama dijalankan individu semasa kecil, yang harus
dijalaninya apabila dia akan menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer
membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum.
2.
Sosialisasi
Sekunder, yaitu suatu
proses yang dialami individu yang telah disosialisasikan kedalam sektor baru
dari dunia objektif masyarakatnya. Dalam tahap ini, individu diarahkan untuk
lebih bersikap professional.
Dalam masyarakat
yang homogeny, proses sosialisasi bisa berjalan dengan serasi pola yang sama,
karena nilai-nilai yang di transmisikan dalam proses sosialisasi itu sama.
Adapun dalam masyarakat yang heterogen dimana banyak bertarung nilai-nilai yang
ada dalam suatu kelompok, proses sosialisasinya sangat berbeda.
Sebenarnya,
sosialisasi bagi manusia akan terus berlangsung selama dia hidup. Mulai ia
dilahirkan, sampai meninggal dunia. Proses dan bentuk sosialisasi sangatlah
berbeda dan bergantung pada masa mana seseorang itu berada. Setidaknya, siklus
kehidupan manusia itu ditentukan oleh beberapa masa, yaitu masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa,
dan masa tua, dan menuju kematian.
G. Peran Orang Tua
dalam Sosialisasi
Pada usia
batita, peranan ibu relatif sangat besar. Hal ini terbukti dari hasil berbagai penelitian,
baik dalam bidang antropologi, sosiologi, dan psikologi.
Sejak
dilahirkan, seorang anak telah memp[unyai sesuatu, sehingga yang selanjutnya
terjadi adalah proses penyesuaian antara faktor-faktor intern dengan pengaruh
yang datang dari luar. Selain itu, ia juga dilengkapi dengan organ tubuh dan
kemampuan tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam situasi yang
relatife normal, pihak pertama yang dihubungi adalah ibunya. Hubungan ibu pada
tahun pertama lebih erat dibandingkan dengan hubungan terhadap Ayahnya.
Semakin anak itu
tumbuh besar, pengendalian atau pengawasan dari orang tua perlu semakin
ditingkatkan. Peran orang tua dalam proses sosialisasi pada saat ini sangat
penting. Menurut penulis, peran orang tua dalam proses sosialisasi ini ialah
sebagai agent of social control terhadap
anak-anaknya. Peran itu dilakukan melalui suatu pengendalian social, yaitu menerapkan pengendalian
sosial dan mewujudkan pengendalian sosial itu terhadap anaknya. Melalui upaya
pengendalian sosial, sosialisasi sebagai suatu upaya menanamkan nilai suatu
kelompok keluarga mudah dicapai.
Perlu disadari
bahawa cara pengendalian diri tidak semata-mata terdiri dari paksaan, hukum,
dan seterusnya. Arti sesungguhnya pengendalian sosial adalah jauh lebih laus,
meliputi segala proses, baik yang direncanakan atau tidak,yang bersifat
mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai
sosial yang berlaku.
H. Sosialisasi
sebagai Suatu Proses
Manusia
pada awalnya tidak tahu apa-apa, kemudian dia belajar memahami nila-nilai yang
ada dalam kelompoknya.
Charles Horton Cooly sebagaimana dikutip oleh Horton
and Hunt memperkenalkan konsep “ looking
glass self”, yaitu dalam benak individu terjadi suatu proses yang di tandai
dengan tiga tahap:
1.
Persepsi , dalam tahap ini seseorang membayangkan bagaimana
orang lain melihat dirinya.
2.
Interpretasi
dan definisi, disini
seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilanya.
3. Respons, berdasarkan
persepsi dan interpretasi individu tersebut kemudian menyusun respons.
Proses
sosialisasi pada seorang anak di awali dari orang tua yang mengekspresikan
dirinya, kemudian ekspresi tersebutdi identifikasi dan di internalisasikan
menjadi peran dan sikap oleh anak, sehingga terbentuk self si anak. Proses sosialisasi akan melahirkan kedirian dan
kepribadian seseorang. Kedirian (self)
sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan
memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Kepribadian
terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalanya proses sosialisasi. Oleh
karena itu, paling tidak ada beberapa faktor yang menentukan kepribadian,
yaitu:
Ø Keturunan
Ø Lingkungan
Ø Tempat tinggal
Semua
faktor di atas akan memberikan pengaruh terhadap seseorang atau pemuda yang
akan membentuk kepribadiannya.
I. Sosialisasi
Pemuda
Setelah membicarakan mengenai sosialisai secara
teoritis di atas, kini akan dijelaskan tentang bagaimana pemuda di
sosialisasikan. Faktor lingkungan (keluarga, tempat tinggal, tempat bekerja)
merupakan faktor pengaruh pertama dalam membentuk kepribadian para pemuda.
Seseorang mulai mengalami proses sosialisasi sejak ia
berusia 10 tahun. Selanjutnya ia akan terus-menerus menghadapi beragam nilai,
norma, dan kaidah yang akan diterimanya untuk dipilih dan dilakukannya.
Interaksi pemuda dengan lingkungan mikro dan makro ikut serta member warna
bagaimana ia menerima dan memilih tingkah laku. Pengalaman demi pengalaman akan
di perolehnya, terutama pada masa transisi dari muda menjelang dewasa, ketika
terjadi konflik nilai. Oleh karena itu, pendekatan agen sosialisasi kepada
mereka hendaklah cukup fleksibel dan mampu memahami akar masalah kepemudaan
khususnya.
Pembinaan terhadap generasi muda ditunjukan untuk
menyalurkan aktivitasnya pada arah yang positif, baik melalui jalur formal
pendidikan mulai dari SMP sampai perguruan tinggi dan jalur informal seperti
organisasi lainnya. Yang tak kalah pentingnya adalah melalui kegiatan olah raga
dan seni.
Masalah sosialisasi yang dihadapi pemuda tidaklah
mudah. Diperlukan kebijakan yang koordinatif baik oleh pihak pemerintah, orang
tua, sekolah, dan agen sosialisasi lainnya agar pembinaan generasi muda dapat
di capai sebagaimana dalam Propenas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar