Minggu, 13 Mei 2012

Konsep tempat dan cara memilihnya

Keberadaan permukiman penduduk sebenarnya tidak asal berdiri. Orang pertama yang mendirikan rumah (sebagai cikal bakal permukiman) pasti memiliki alasan tertentu untuk memilih tempat atau lokasi sehingga mendirikan rumah di sana.
Kemudian alasan tersebut diikuti oleh oleh anak-menantunya, saudara-saudaranya, dan berdatanganlah orang lain untuk ikut berkumpul dalam perkampungan tersebut. Perintis  permukiman di perdesaan atau perkampungan antara lain dalam memilih tempat setidaknya didasarkan pada:

      1)     Kemudahan mendapat air, karena semua orang butuh air. Pola permukiman yang
nampak sekali mendekati sumber mataair adalah di daerah gurun yaitu mengelilingi Oase.                  
      2)      Terdapat tanah-tanah yang subur, misalnya di sekitar lahan-lahan pertanian subur,
hal ini karean terkait dengan pemenuhan bahan pangan penduduknya.
      3)      Dekat dengan lahan-lahan garapannya. Ada tiga pola permukiman yang dekat
dengan lahan garapannya yaitu (a) bergerombol berdekatan dengan tanah pertanian
(Nucleated Agricultural Village Community), (b) memanjang sungai dengan lahan
pertanian di belakang permukiman (Line Village Commmunity), (c) Permukiman
tersebar di daerah pertanian (Open Country or trade center community)
    4)      Tidak ada faktor penghalang untuk mendirikan bangunan. Daerah yang tidak ada
faktor penghalang untuk mendirikan bangunan merupakan pilihan utama bagi
permukiman, misalnya daerah yang relatif datar.
    5)      Mudah melakukan mobilitas termasuk ke tempat pekerjaannya.
    6)      Memiliki beberapa fasilitas sosial seperti pendidikan, rumah sakit, dan sarana
hiburan.
    7)      Harga yang murah menjadi pertimbangan untuk memilih tempat tinggal. Bagi
sebagian besar penduduk masih menggunakan ukuran harga sebagai pertimbangan
utama untuk menentukan pilihan tempat tinggal, meskipun faktor lainnya kurang
mendukung.
    8)      Pengaruh dari berbagai macam aturan tata ruang di perkotaan. Permukiman di
perkotaan banyak dipengaruhi oleh aturan tata ruang, artinya alasan orang
bermukim pada suatu daerah bisa jadi akibat adanya aturan tata ruang. Di perkotaan
tumbuh permukiman-pemukiman yang sengaja ditempatkan melalui kebijakan tata
ruang kota. Karena itu persebaran permukiman di perkotaan sebenarnya banyak
dipengaruhi aturan kebijakan.

Pola permukiman penduduk misalnya akan mengikuti alur sungai, mengikuti alur jalan, dan memanjang garis pantai, ada pula yang memiliki pola memusat dan terpencar. Pola permukiman yang memusat terjadi akibat dari adanya pusat-pusat kegiatan penduduk untuk mencari nafkah. Misalnya adanyalokasi pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, kehutanan, industri,perkantoran, dan lain-lain. Perkampungan yang memusat selain disebabkan oleh karena mendekati tempat pekerjaannya, tetapi juga oleh karena ada sumber alam yang menguntungkan.
            Dibawah ini akan dijelaskan mengenai analisis suatu tempat agar kita memahaminya dengan baik.
     1.      Tempat sebagai suatu konsep yang terikat pada suatu lokasi dalam ruang
Dalam geografi, tempat yang diartikan sebagai suatu lokasi dalam ruang
(permukaan bumi) akan diikatkan pada suatu titik koordinat berdasarkan titik lintang
dan bujur dalam tata koordinat bumi
    2.      Tempat sebagai suatu wilayah dapat membentuk suatu pola
Tempat sesuatu yang terpilih dan dipertimbangkan berdasarkan pemikiran rasional
umumnya akan membentuk suatu pola. Jika tersebar dalam ruang, temt-tempat
tertentu dapat membuat suatu jaringan yang terpadu. Dalam mengkaji tempat, orang
dapat menganalisisnya berdasarkan pola sebarannya, pola keterkaitannya, dan pola
ketergantungannya.
   3.      Pola dan hubungan antar tempat geografi
Pada peta kita dapat mengidentifikasi suatu pola tertentu. Pada sejumlah disiplin ilmu seperti planologi (perencanaan wilayah), hidrologi, dan biogeografi sangat berkepentingan mempelajari pola-pola tertentu pada peta. Dalam planologi dikenal pola
pengembangan wilayah kota dan desa.

Pola persebaran di atas terkait dengan objek geografi lain misalnya, pola permukiman yang memanjang sungai. Hal tersebut menandakan bahwa pola kehidupan
masyarakat kampung tersebut sangat tergantung dengan aliran sungai, misalnya untuk memenuhi kebutuhan mencuci, kebutuhan sarana transportasi, mencari penghidupan(mencari ikan), dan lain-lain.
Hubungan antara objek geografi dapat pula digambarkan antara adanya tempat sesuatu membuktikan adanya sesuatu di tempat sekitarnya. Ketika ada delta di muara sungai, maka dapat dipastikan bahwa di daerah hulu sungai mengalami erosi lahan yang kuat.

1.      Menentukan Tempat untuk kegiatan Industri
Penerapan ilmu menentukan tempat atau lokasi, banyak dikaji oleh para perencana
wilayah dalam kegiatan industri. Banyak teori lokasi yang digunakan untuk menentukan
lokasi industri. Pengambilan keputusan untuk memilih lokasi merupakan kerangka kerja
yang prospektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil, yaitu
pemilihan lokasi-lokasi yang strategis, artinya lokasi itu memiliki atau memberikan
pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin strategis
suatu lokasi untuk kegiatan industri, berarti akan semakin besar peluang untuk meraih
keuntungannya. Jadi, tujuan dari penentuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar
keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pasar yang besar dan luas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau perlu diperhitungkan dalam menentukan
lokasi industri dinamakan faktor lokasi, yaitu sebagai berikut:

         Bahan mentah, merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan industri, sehingga harus
selalu tersedia dalam jumlah besar demi kelancaran produksi.
         Modal, peranannya sangat penting untuk kelancaran kegiatan produksi, baik dalam
pengadaan bahan mentah, upah kerja dan biaya produksi lainnya.
         Tenaga kerja, merupakan tulang punggung kelancaran proses produksi, baik jumlah
maupun keahliannya.
         Sumber energi, kegiatan industri memerlukan sumber energi, baik berupa energi
listrik, BBM dan gas.
         Transportasi dan komunikasi, lokasi industri harus dekat dengan prasarana dan
sarana angkutan atau perhubungan dan komunikasi, seperti jalan raya, jalan kereta
api dan pelabuhan untuk memudahkan pengangkutan hasil industri dan bahan
mentah, serta telepon untuk memudahkan arus informasi.
         Pemasaran, lokasi industri harus menjangkau konsumen sedekat mungkin agar hasil
produksi mudah dipasarkan.
         Teknologi, penggunaan teknologi yang kurang tepat guna dapat menghambat
jalannya suatu kegiatan industri.
         Peraturan, peraturan atau perundang-undangan sangat penting demi menjamin
kepastian berusaha dan kelangsungan industri. seperti peraturan tata ruang, fungsi
wilayah, UMR, perijinan, sistem perpajakan dan sebagainya,
         Lingkungan, faktor lingkungan yang kurang kondusif selain menghambat kegiatan
industri juga kurang menjamin keberadaannya. Misalnya keamanan, jarak ke lokasi
pemukiman, polusi atau pencemaran, dan sebagainya.
         Iklim dan sumber air, menentukan kegiatan industri, artinya keadaan iklim dan
ketersediaan sumber air jangan sampai menghambat kegiatan produksi.

Beberapa teori yang cukup terkenal dalam memilih lokasi antara lain teori lokasi
industri dari Alfred Weber (least cost location). Isi teori Weber adalah bahwa lokasi industri-industri dipilih di tempat-tempat yang biayanya paling minimal (least cost location). Teori ini dapat diterapkan jika terpenuhi kriteria prakondisi sebagai berikut:
    1)      memiliki wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim, dan penduduknya
   2)      adanya sumberdaya atau bahan mentah yang cukup
   3)      adanya upah buruh yang telah baku yaitu sama di mana-mana (seperti Upah
Minimum Regional –UMR).
    4)      biaya transportasi tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut dan jarak antara bahan      mentah dan lokasi pabrik.
    5)      terdapatnya kompetisi antar industri dalam pasar bebas.
    6)      manusia yang terlibat di dalamnya bebas menggunakan berfikir rasional.

Weber dalam mengembangkan teorinya menggunakan segitiga bobot yang sudutsudutnya
menunjukkan perbandingan bobot material-material yang diangkut. Ahli teori
lokasi ini menggunakan tiga faktor atau variabel penentu dalam analisa teorinya, yaitu
titik material bahan baku, titik konsumen dan titik tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut
diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. 
Teori lokasi lainnya adlah Teori lokasi industri optimal dari Losch. Losch menulis teorinya dalam buku Economics of Location terbitan tahun 1954. Teorinya berdasarkan permintaan (demand) yang memiliki asumsi bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri adalah dimana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah pasaran yang terluas, dengan demikian menghasilkan paling banyak pendapatan. Teori Losch sebenarnya hanya memperkuat teori tempat yang sentral dari Walter Christaller yang dipublikasikan tahun 1933.

Teori ini (dan juga teori tempat yang sentral dari Walter Christaller)vdalam membangun teorinya mengasumsikan bahwa permukaan lahan di anggap datar dan homogen dan selalu di suplai oleh pusat (industri) karena adanya permintaan secara merata. Teori ini mengatakan bahwa volume penjualan akan meningkat karena para industrialis akan menjual barangnya dengan harga yang lebih murah, sedangkan ketempat yang jauh akan lebih mahal karena harus menutup ongkos extra dari transportasi masing-masing.

Sistem Keruangan sebagai pendekatan
dalam ilmu geografi

Tempat dan ruang dalam ilmu geografi merupakan objek studi yang utama.
Pada gilirannya karena sistem keruangan merupakan yang terintegrasi dan mampu  menyelesaikan masalah yang terjadi dalam ruang maka keruangan dianggap sebagai suatu pendekatan dalam ilmu geografi.
Menurut R. Bintarto, analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai
sifat-sifat penting. Ahli geografi akan bertanya faktor-faktor apakah yang menguasai
pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya
menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam
analisa keruangan yang harus memperhatikan penyebaran penggunaan ruang yang telah
ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang
dirancangkan.
Dalam analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari
data titik (point data) dan data bidang (areal data). Yang digolongkan ke dalam data
titik adalah data ketinggian tempat, data sampel batuan, data sampel tanah dan
sebagainya. Yang digolongkan ke dalam data bidang misalnya luas hutan, luas daerah
perkebunan, data luas pertanian padi, dan lain-lain.
Dalam mempelajari ruang dan persebaran fenomena geografi, pemahaman kita
yang paling penting adalah teori difusi. lstilah difusi telah banyak dibicarakan dalam
fisika, biologi, sosiologi, ekologi dan sebagainya. Dalam istilah sehari-hari difusi berarti
pemencaran, penyebaran, atau penjalaran, seperti penyebaran berita dan mulut ke mulut,
penjalaran penyakit dan suatu daerah ke daerah lain, penyebaran kebudayaan dan suatu
suku ke suku yang lain.

Dalam geografi, difusi mempunyai dua arti yang berbeda. Pertama, difusi
ekspansi (expansion diffusion) yaitu suatu proses di mana material atau informasi
menjalar melaiui suatu populasi ke populasi lain dan dari suatu daerah ke daerah yang
lain. Dalam proses ekspansi ini informasi atau material yang didifusikan tetap dan
kadang-kadang menjadi lebih intensif di tempat asalnya tetap ada dan kadang-kadang
lebih intensif.
Kedua, difusi penampungan (relocation diffusion). Jenis difusi ini merupakan
proses yang sama dengan penyebaran keruangan di mana informasi atau material yang
didifusikan meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung di daerah
yang baru. Ini berarti bahwa anggota dari populasi pada waktu itu berpindah letaknya
dari waktu wi hingga waktu w2. Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
dengan meninggalkan tempat yang lama dan (ditampung oleh tempat yang baru oleh
karena bencana gunung berapi dapat digolongkan ke dalam difusi penampungan
(Bintarto, 1987)
Difusi ekspansi masih dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1. difusi
menjalar (contagious diffusion) di mana proses menjalarnya terjadi dengan kontak yang
langsung antar manusia atau antar daerah, misalnya menjalarnya penyakit melalui
kontak antar manusia. Proses mi sangat tergantung kepada jarak oleh karena semakin
dekat jarak antar manusia atau antar daerali berarti semakin mudah kontak terjadi. Oleh
karena itu difusi menjalar mempunyai kecenderungan untuk menjalar secara sentrifugal
dan daerah sumbernya.
Difunsi yang lain adalah difusi kaskade yaitu proses penjalaran atau penyebaran fenomena melalui beberapa tingkat atau hirarki. Proses ini adalah proses yang terjadi
pada difusi pembaharuan (diffusion of innovations) misalnya proses pembaharuan yang
dimulai dan kota besar hingga ke pelosok. Difusi kaskade selalu dimulai dari tingkat
atas dan kemudian menjalar ke tingkat bawah, misalnya penjalaran atau penyebaran
penggunaan komputer yang dimulai dari kota besar kemudian menjalar ke tepi kota dan
akhirnya sampai ke desa. Apabila proses penjalaran tersebut dimulai dari tingkat bawah
maka difusi tersebut dinamakan difusi hirarki (hierarchic diffusion).

Unsur-unsur dalam proses difusi

Banyak ahli geografi tertarik pada studi difusi yang bersumber kepada karya ahli
geografi Sweden Torsten Hagerstrand dan kawan-kawannya dari Universitas Lund.
Karya Hägerstrand berjudul Spatial Diffusion as an Innovation Process, diterbitkan di
tahun 1953 di Sweden. Karya ini membincangkan tentang penjalaran atau penyebaran
beberapa movasi pertanian seperti cara pengawasan tuberculose yang terdapat pada
sejenis sapi di suatu daerah di Sweden Tengah.

Pada analisa Hagerstrand tentang difusi keruangan terdapat enam unsur, yaitu:
   1.      daerah (area) atau lingkungan di mana proses difusi terjadi.
   2.      waktu (time), di mana difusi dapat terjadi terus-menerus atau dalam waktu yang
terpisah-pisah. Hagerstrand menggolong-golongkan waktu dalam periode-peniode
tertentu seperti hari atau tahun, di mana nol menunjukkan titik awal dan suatu difusi
sedangkan wi, w2, w3 dan sebagainya menunjukkan periode yang berurutan.
   3.      item yang di-difusi-kan. Item tersebut dapat berbentuk material seperti penduduk,
pesawat televisi, pesawat radio, pupuk dan dapat pula berbentuk non-material
seperti tingkahlaku, penyakit, pesan dan lain sebagainya. Item-item tersebut
berbeda-beda dalam derajad untuk dapat dipindahkan, untuk dapat diteruskan atau
untuk dapat diterima.
   4.      tempat asal
   5.      tempat tujuan
  6.      jalur perpindahan yang dilalui oleh item yang didifusikan